Sang Mandor: “Selamat siang pak, boleh saya utarakan keinginan saya?”
Pimpinan: “Oh, tentu boleh, apa yang bisa saya bantu untuk kamu?”
Sang Mandor: “Saya ingin berhenti, mau pensiun dini pak.”
Pimpinan: “Kalau boleh saya tahu, memangnya ada apa? Selama ini kamu telah bekerja dengan baik dan bahkan merupakan yang terbaik diantara rekan kerjamu!”
Sang Mandor: “Tidak ada apa-apa pak. Saya telah mengabdi dengan bapak sudah puluhan tahun, rasanya sekarang adalah saatnya saya pensiun.“
Pimpinan: “Apa sudah kamu pikirkan masak-masak? Sebenarnya saya masih sangat membutuhkan kamu dalam menangani proyek-proyek sekarang maupun ke depan“
Sang Mandor: “Saya sudah mantab, pak.”
Pimpinan: “Ya sudah kalau begitu. Boleh saya minta kamu untuk membangun lagi sebuah rumah aja sebelum kamu pensiun?
Sang Mandor: Ok, pak.
Keesokan harinya, dia mulai bekerja membangun rumah yang terakhirnya. Dahulu ia selalu mengerjakannya dengan sangat teliti, sehingga membuat pimpinan maupun konsumen sangat puas dengan hasil kerjanya. Tetapi untuk kali ini cenderung cepat dan asal asalan. Ini sangat berlainan sekali dengan saat sebelum dia mengajukan pensiun.
Setelah menyelesaikan rumah tersebut, sang Mandor segera menghampiri dan sekaligus menyerahkan kunci rumah tersebut kepada pimpinannya sambil berkata bahwa, “Pak, rumahnya telah selesai dibangun dan ini kunci rumahnya”.
Pimpinannya tersenyum kepada sang Mandor dan berkata, “Untuk apa kamu menyerahkan kunci rumah tersebut kepada saya? Saya meminta kamu membangun rumah ini untuk kamu tinggal sekeluarga sebagai kenang-kenangan dari saya. Sedikit tanda terima kasih dari saya..."
Sang Mandor terkejut mendengarnya. Lebih terkejut lagi saat ia sadar bahwa rumah tersebut telah dibangunnya secara sembrono ternyata untuk keluarganya. Dengan muka yang tertunduk malu, dia berterima kasih kepada pemimpinnya.
***
Biasanya proses belajar seseorang dari KTP, yaitu Keturunan, Teladan dan Pengalaman. Kita adalah keturunan Indonesia, Teladan kita pun bernama Indonesia, dan Pengalaman dalam hidup kita saat bertemu orang lain sewajarnya hanya menambah warna menjadi warna-warni namun tetap kita punya Jati Diri Indonesia itu sendiri, bukannya kita berubah menjadi lain.
Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa henti, bukan sekedar menunggu ajal datang. Sakit Sahabat dalam perjuangan itu hanya berlangsung sementara. Bisa satu menit, satu jam, satu hari atau satu tahun. Namun, jika Sahabat menyerah maka rasa sakit itu akan terasa selama sisa hidup kita. Mari Sahabat isi kehidupan dengan Indonesian Emotion Quotient (IEQ) lalu kita nyatakan dalam tindakan.
No comments:
Post a Comment