Salam MERDEKA...Memperhatikan perjalanan sejarah bangsa ini, bahwa selama 67 tahun Indonesia merdeka, namun selama itu pula banyak hal yang telah dilalui oleh rakyat Indonesia dalam menangani masalah kepemimpinan bangsa. Sudah sejauh ini pula banyak masalah kepemimpinan bangsa yang masih belum terselesaikan bahkan
semakin menjauh dari cita cita luhur Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Krisis kepemimpinan bangsa Indonesia sudah semakin terasa saat memasuki era reformasi, karena selama 32 tahun masa kepemimpinan orde baru, sama sekali tidak menghendaki adanya proses regenerasi kepemimpinan yang tua kepada generasi yang lebih muda.
Alhasil begitu reformasi tiba-tiba terjadi, bangsa Indonesia tidak siap dengan siapa yang harus menduduki posisi RI 1. Inilah yang menjadi masalah pada masa-masa reformasi hingga sekarang. Krisis kepemimpinan bangsa yang melanda negeri ini masih terus berusaha untuk diatasi, yang salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mengamandemen UUD 1945 tentang pemilihan presiden. Pada pasal 6A ayat 2 sampai 4 amandemen ketiga menyebutkan bahwa presiden dipilih langsung oleh rakyatnya. Sistem ini yang kemudian diharapkan mampu mengatasi masalah krisis kepemimpinan yang melanda Indonesia, namun lima tahun berlalu sejak pilpres dipilih secara langsung, ternyata masih belum mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap kemandirian bangsa dalam mengelolah persoalan dalam negeri.
Sekarang adalah saat yang tepat untuk kembali menggunakan “IEQ”, dengan sepenuhnya agar muncul kemandirian bangsa dalam mengelolah semua persoalan domestik menuju cita cita luhur Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Jika kita mau belajar dari sejarah bangsa, tampaknya masalah krisis kepemimpinan yang melanda Indoensia tidak ditentukan bagaimana pemimpin itu dipilih namun lebih kepada sikap personal dari pemimpin tersebut, apakah pemimpin tersebut sudah sepenuh hati menggunakan “Indonesian Emotion Quotient” dalam mengelolah bangsa dan negara ? Terlihat jelas bagaimana proses suksesi negara yang memakan uang triliyunan rupiah, masih menyisakan tanda tanya besar persoalan dalam negeri maupun luar negeri.
Negara dan bangsa Indonesia butuh pemimpin yang tidak hanya sekedar baik, tapi juga ber "Perilaku Cerdas Emosi". Indonesia merupakan negara yang berlimpah ruah kekayaan alamnya, Ijo Royo Royo, Gema Ripah Loh Jenawi. Bukan hal yang aneh jika banyak kepentingan asing, yang selalu turut campur aduk masalah dalam negeri Indonesia terutama dalam menjarah kekayaan alamnya. Di sisi lain jumlah penduduk Indonesia yang banyak hingga 250 juta jiwa, sungguh sangat berpotensi untuk menjadi negara maju. Dan inilah yang ditakuti oleh bangsa-bangsa lain di dunia sehingga Indonesia berusaha tetap dijadikan “raksasa yang senantiasa tertidur”.
Bila kita melihat bagaimana negara-negara lain bisa maju menjadi negara yang mampu bersaing dengan negara lain adalah mereka selalu di dukung dengan kepemimpinan bangsa yang baik. Mereka para pemimpin-pemimpin itu mengerti bagaimana memaksimalkan potensi dan kekayaan negaranya menjadi penopang utama bagi negara tersebut untuk maju. Banyak hal yang dimiliki oleh Indonesia saat ini. Kekayaan alam kita melimpah ruah, bukanlah KUTUKAN ALAM. Tersebar dari ujung utara hingga ujung selatan, terbentang dari barat sampai Timur. SDM kita yang potensial berjumlah sangat banyak. Manusia unggul setiap tahun muncul dari berbagai ajang olimpiade sains tingkat internasional.
Dengan begitu banyak resources yang ada seharusnya Indonesia bisa menjadi negera yang memimpin peradaban dunia akan tetapi kenyataan berkata sebaliknya bahwa kemiskinan semakin tak terbendung, kebodohan yang terstruktur dan sistematis, kriminalitas dimana mana, bayi kurang gizi tersebar hingga angka pengangguran yang semakin tahun semakin meningkat, hal ini merupakan Grand Skenario pihak asing dalam melakukan penjarahaan terrhadap bangsa Indonesia.
Permasalahan ini menjadi semakin rumit dan komplek hanya karena banyak elite politik dan pejabat negara Indonesia, yang lebih menuruti dan memanjakan pihak asing dan adanya KETIDAKMAUAN dalam mengelola semua resources yang ada tadi berdasarkan “IEQ” sehingga kita gagal mengambil langkah sebagaimana mestinya, bersikap dan bertindak tegas terhadap bangsa asing yang telah menjarah kekayaan Indonesia secara semena mena.
Mulai sekarang dan seterusnya, kita harus berani bersikap tegas dalam membangun kemandirian bangsa untuk mengelola semua resources yang kita miliki dan untuk rakyat Indonesia. Disisi lain kita juga menyadari sepenuhnya bahwa ciri khas bangsa Indonesia yang beragam, maka dengan mengutamakan “IEQ”, saya yakin pembangunan karakter rakyat Indonesia yang dalam waktu yang singkat, mampu membuat bangsa Indonesia berdiri sejajar dengan negara-negara maju lainnya dalam membangun peradaban manusia sesuai dengan yang di cita-cita kan dan di amanatkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan para pendiri negara Indonesia. Merdeka...Merdeka...Merdeka...!!!
No comments:
Post a Comment