If you get serious, you get stupid. Laughter is the close distance between two person.

Friday, August 17, 2012

From Chaos To Calm: “Pemimpin Sejati Memimpin Dengan Hati”



Merdeka...Merdeka...Merdeka...Kemerdekaan Rakyat Indonesia pada 17 Agustus 1945, membutuhkan pemimpin yang dipercaya bisa membawa rakyat kepada kemakmuran yang diidam-idamkan rakyat. Kemakmuran itu terkait dengan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan dasar, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan batin, dimana segala sesuatunya serasi, selaras dan harmonis.

Akan tetapi yang terjadi
pada saat ini, rakyat Indonesia tengah mengalami krisis kepercayaan kepada pemimpinnya. Hal ini terjadi karena berbagai kekecewaan yang telah dialami rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia merindukan sosok pemimpin yang mereka idam-idamkan, bukan cuma Presiden, rakyat  terus mencari pribadi-pribadi yang layak untuk menjadi seorang pemimpin yang mau mensejahterakan rakyatnya.

Tatkala sampai saat ini, belum ditemukan yang dinilai memenuhi syarat seperti yang dikonsepsikan, maka optimisme itu berubah menjadi skeptis bahkan menjadi pesimisme.Situasi dan kondisi seperti ini menyiratkan fakta bahwa rakyat Indonesia semakin menyadari kondisi buruk ini diakibatkan oleh ulah pemimpinnya sendiri. Mereka menganggap bahwa presiden BUKAN sebagai pemimpin yang mengemban peran, tugas dan fungsi untuk mensejahterakan rakyatnya.

Dalam bahasa Indonesia ”pemimpin” sering disebut pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua dan sebagainya. Istilah pemimpin, kepemimpinan, pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama yaitu ’pimpin”. Pemimpin adalah seorang yang dikenal oleh rakyatnya dan berusaha mensejahterakan para pengikutnya untuk merealisasi visi dan misinya. Sedangkan kepemimpinan adalah hubungan yang erat antara seorang dengan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama; hubungan itu ditandai dengan tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusia yang seorang itu. Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu, karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan Keteladanan, selebihnya keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang.

Ada mitos-mitos yang berkembang di masyarakat mengenai pemimpin adalah pemimpin itu dilahirkan bukan dihasilkan (dididik) atau sekali orang itu menjadi pemimpin selamanya dia akan menjadi pemimpin yang berhasil atau seorang pemimpin harus bisa bersikap tegas dan galak karena pekerja itu pada dasarnya baru akan bekerja jika didorong dengan cara yang keras(Otoriter). Pada kenyataannya mitos mitos ini disadari atau tidak, telah mempengaruhi pengembangan kepemimpinan dalam organisasi.

Dengan adanya mitos-mitos tersebut jelas bahwa masyarakat kita masih memiliki pemikiran yang sempit mengenai kepemimpinan. Rakyat belum memahami seluk beluk mengenai kepemimpinan yang sebagaimana mestinya, yang idealnya kepemimpinan yang berbasis  “IEQ”, sehingga mampu mempengaruhi perkembangan kepemimpinan di Indonesia yang mengakibatkan adanya kemajuan di segala bidang sekaligus mensejahterakan rakyat Indonesia. Hal-hal tersebut harus segera diisi, agar masyarakat dapat mengurangi pandangan-pandangan negatif mengenai kepemimpinan dan agar kepemimpinan yang “IEQ” dapat tumbuh dan berkembang serta berjalan secara baik.

Berdasarkan teori, latar belakang munculnya kepemimpinan yaitu :
seseorang menjadi pemimpin karen latar belakang keturunan.
semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin, didukung oleh lingkungan.
soerang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila orang itu memiliki bakat.

Untuk menjadi seorang pemimpin, dibutuhkan syarat-syarat, antara lain:
1. Sadar akan peran, tugas dan tanggung jawab
2. Memegang komitmen dalam hidupnya
3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan dan perintah-perintah dengan tanggung jawab serta mampu menjadi              teladan bagi anak buahnya dengan baik dan menggemblengnya menjadi suatu kesatuan yang efektif
4. Mengerti  anak buahnya, memahami sepenuhnya akan sifat dan prilaku masing-masing dalam segala macam keadaan, suasana dan pengaruh
5. Mempunyai nilai luhur yang sesuai dengan “IEQ”

Siapapun yang telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, kemudian bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui “IEQ”, ketika menduduki jabatan kepemimpinan maka seseorang tersebut akan mampu menjadi pemimpin yang handal.

Siapa aja dapat menjadi seorang Pemimpin, memang mudah untuk menjadi pemimpin, tidak ada hal yang sulit. Cuma dibutuhkan kesadaran, kerja keras, kerja cerdas, sikap pantang menyerah serta jiwa “IEQ”  yang kuat dan tangguh untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal. Setiap orang bisa menjadi seorang pemimpin, karena manusia dilahirkan sebagi seorang pemimpin. Secara tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari manusia telah berperan sebagai pemimpin, yaitu pemimpin bagi dirinya sendiri, memimpin suatu kelompok, keluarga, organisasi, perusahaan, atau suatu negara. Tapi sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin.

Tidak ada kata terlambat untuk menjadi seorang pemimpin yang ingin melakukan perubahan untuk negaranya. Sudah kita ketahui bersama bahwa keadaan negara Indonesia tercinta ini kurang kondusif. Banyak hal-hal yang seharusnya tidak terjadi. Banyak hal-hal yang harus diperbaiki.Melihat kejadian-kejadian yang terjadi di Indonesia  sudah pasti sebagai warga negara Indonesia yang baik, hati nurani kita akan tergetar untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi  Indonesia, khususnya para generasi muda yang merupakan penerus dan pelurus bangsa.

Tidak sepantasnya sebagai penerus bangsa hanya berdiam diri melihat kejadia-kejadian yang terjadi di Indonesia. Penerus dan pelurus bangsa harus dapat berpikir kritis dan bergerak dengan “IEQ” agar kesejahteraan yang diimpikan masyarakat indonesia dapat terwujud serta keadaan Indonesia menjadi lebih baik.

Apakah kita mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya ?
                                                            (Ir. Soekarno, pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945)  

Rangkaian kata tersebut merupakan petikan pidato yang disampaikan oleh Ir. Soekarno pada saat sidang BPUPKI, tanggal 1 Juni 1945. Ir. Soekarno adalah presiden Republik Indonesia yang pertama. Kharisma dan karakter yang dimiliki beliau sebagai seorang pemimpin sangat kuat, beliau pun mampu menjadi pemimpin yang inspiratif, inovatif dan mampu menjadi motivator bagi rakyatnya. Pidato-pidato beliau dapat membangkitkan jiwa dan semangat rakyat Indonesia sekaligus membuat rakyat percaya penuh dengan kepemimpinannya. Pemimpin sejati yang memimpin  rakyat dengan Hati, pemimpin yang berada di Hati rakyat, pemimpin yang menggunakan “Indonesian Emotion Quotient” pasti menumbuhkan Keteladanan yang Bagus selanjutnya berkembanglah Integritas Indonesia yang Bijaksana...


No comments:

Post a Comment