DULU ada kutipan, cinta boleh di hati tapi perut harus diisi. Sekarang perempuan sudah begitu mandiri dan bahkan lebih unggul dalam urusan gaji. Surga nunut Neraka katut, sepertinya
sudah ketinggalan jaman, perempuan masa kini sudah biasa (bukan cuma bisa) ke Neraka sendirian...o’seram..;)
Zaman memang sudah edan dan berubah semakin edan tenan, urusan patungan saat kencan atau siapa yang membayari saat kencan kini bukan lagi dominasi kaum laki-laki (yang bisa juga berkantong lebih slim). Seberapa besar pengaruh penghasilan terhadap kesuksesan suatu hubungan? Banyak yang mengatakan bahwa pria pada dasarnya tetap didefinisikan sebagai kepala dalam setiap hubungan. “Pria modern tidak terlalu khawatir dengan penghasilan yang mungkin lebih sedikit dari pasangannya, karena mereka tetap memiliki tanggungjawab di area tertentu bahkan dipercaya sebagai pengambil keputusan (besar) yang dibutuhkan dalam hubungan”
Akan tetapi saat hubungan mereka mulai bergerak ke arah yang lebih serius, hal ini mungkin saja menjadi potensial konflik yang harus diwaspadai oleh kedua belah pihak. Seperti yang Sahabat tahu, saat menikah kelak, ada biaya operasional yang harus dipikul bersama, tidak lagi sebatas pengeluaran makan, ngopi atau nonton, namun juga kehadiran anak bahkan orangtua (mertua).
Pentingnya keterbukaan akan kondisi keuangan dan kejelasan tentang ekspektasi masing-masing pihak adalah “Hal ini penting, karena ini menjadi salah satu faktor penentu kelanggengan hubungan ke depan.” Love Is All You Need, Is It?
Setiap jenis hubungan memiliki konsekuensinya masing-masing. Termasuk saat pasangan Sahabat ternyata memiliki penghasilan di bawah Sahabat. Bila Sahabat menganggap hal ini bukan masalah, silahkan jalan terus {dengan catatan: harus pandai-pandai mengatur ekspektasi, banyak menerima dengan tulus (sedikit menuntut boleh saja tapi jangan sedikit-sedikit menuntut) dan bersikap mandiri} akan tetapi bila ternyata si dia terlihat uring-uringan, rendah diri, mulai sering mengungkit hal-hal untuk memancing pertengkaran yang mengarah ke perbedaan ini, mungkin saatnya Sahabat untuk berpikir ulang. Ingat, bahwa hubungan bisa sukses bila Sahabat mendayung dengan visi dan misi yang sama.
Bila ternyata si dia tidak keberatan dengan perbedaan yang membentang, ayo hormati dan hargailah. Patut diingat, tidak mudah baginya untuk memahami bahwa nilai dirinya sebagai individu tidaklah ditentukan oleh penghasilannya, melainkan oleh kualitas pribadi yang utuh, pengetahuan, selera musik, humor atau apapun yang dulu membuat Sahabat (mati-matian) rela jatuh cinta dengannya.
Lantas ‘pe-er’ Sahabat ? Sadari bahwa pasangan terus-menerus butuh merasa dihormati dan dihargai kontribusinya, karena telah membantu Sahabat menyelesaikan masalah, membuat Sahabat tertawa, menginspirasi Sahabat dalam karier, di luar berapa jumlah penghasilannya di kantor.
"Ini semacam hal yang menyenangkan untuk melakukan hal yang dianggap mustahil namun selalu ada jalan, jika Sahabat berkomitmen dan percayalah dengan sendiri. Sahabat tahu lebih banyak dari yang Sahabat pikir dan Sahabat lakukan”
Jangan ragu untuk mengapresiasi sekaligus mengekspresikan kepuasan Sahabat akan kualitas, harmoni dan kesetaraan dalam hubungan yang Sahabat jalani. He’ll love you more!!!...Trust it...;)
Ini quote favorite IEQ saya untuk Sahabat,"Tuhan membantu mereka yang membantu diri mereka sendiri." - Benjamin Franklin
No comments:
Post a Comment