If you get serious, you get stupid. Laughter is the close distance between two person.

Monday, June 25, 2012

FROM CHAOS TO CALM: Lead Up to better Indonesia


Banyaknya penduduk miskin di negeri ini menimbulkan kesedihan dalam benak bangsa ini. Berdasarkan data dari BPS, jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan di Indonesia hingga Maret 2010, mencapai angka 31,02 juta jiwa, atau 13,33 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa ada 31,02 juta saudara kita yang hidup miskin atau tidak layak. Dalam buku "Kamus Besar Bahasa Indonesia" miskin diartikan sebagai serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Bila melihat dari makna miskin di atas mungkin kita akan berpandangan bahwa orang miskin adalah orang yang hidup sederhana dengan rumah sederhana, pakaian yang sedehana serta memakan makanan yang sederhana. Apalagi dengan banyaknya film-film yang menceritakan kemiskinan dengan imajinasi belaka tanpa melihat apa yang sebenarnya terjadi, saya sangat yakin kita akan berpandangan yang demikianlah orang miskin.




Tapi pada faktanya tidaklah demikian. Kita dapat melihat sendiri di tengah malam yang dingin di kota-kota besar, di pingir-pinggir jalan atau di teras sebuah toko banyak rakyat bangsa ini terlelap begitu saja yang menandakan lelahnya pekerjaan yang mereka lakukan di siang hari. Banyak dari mereka bertubuh kurus, kulitnya hitam dan pakaiannya terlihat sangat dekil dan kusam serta KUMIS (kumuh dan miskin). Sekarang pandangan bahwa orang miskin adalah orang yang hidup sederhana dengan rumah sederhana, pakaian yang sedehana serta memakan makanan yang sederhana terbantahkan sudah. Jadi inilah arti miskin yang sebenarnya di negeri ini.
Dampak negatif dari tingginya tingkat kemiskinan adalah tingginya kriminalitas di negeri ini. Karena banyak dari pelaku kriminalitas yang melakukan pencurian adalah orang miskin atau mereka yang tidak memiliki uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Lalu bagaimana cara kita membantu para orang miskin ini mencapai kehidupan yang layak? Menurut pendapat saya cara yang paling tepat untuk menghapus kemiskinan dari negeri ini adalah Kembali menggunakan “IEQ”sekaligus dengan mengembangkan kewirusahaan di masyarakat Indonesia. Jumlah wirausahawan di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia. Dari total penduduk Indonesia  231, 83 juta jiwa, belum ada 2 persen  yang berwirausaha atau sebesar 4, 6 juta.

Tentunya jumlah ini sangat kecil sekali jika negeri ini menginginkan penduduknya untuk semakin kuat dan mandiri secara ekonomi. Jika sebuah negara ingin meningkatkan kemandirian dan ketangguhan ekonominya maka sudah seharusnya meningkatkan jumlah kewirausahaan penduduknya. Hal dapat kita lihat pada negara-negara maju. Mereka memiliki persentasi wirausahawan yang relatif tinggi dari jumlah penduduknya. Persentase penduduk Singapura yang berwirausaha mencapai 7 persen, China dan Jepang 10 persen dari total jumlah penduduk mereka. Sedangkan yang tertinggi adalah Amerika Serikat sebesar 11,5-12 persen. Melihat data di atas sangat jelas bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak wirausaha. Kewirausahaan merupakan kegiatan yang mampu membuka lapangan kerja baru untuk mengatasi sekaligus mengantisipasi masalah pengangguran. Jika lapangan pekerjaan di negeri ini semakin banyak para orang miskin dapat memiliki pekerjaan yang tetap sehingga mereka mendapatkan gaji yang tetap juga. Jika hal tersebut menjadi kenyataan maka para orang miskin dapat mencukupi kebutuhan hidup sehingga merkeka tidak melakukan tindakan kriminal.

Tapi masalah yang timbul sekarang adalah bagaimana cara mengembangkan kewirausahaan tersebut. Karena pada prakteknya banyak sekali faktor penghambat seperti: kurangnya pengalaman di dalam usaha, tidak adanya perencanaan usaha yang tepat, keuangan atau permodalan usaha kurang sekali, tidak adanya ketertarikan pada bidang usaha yang sedang digelutinya, tidak ada dukungan dari pemerintah daerah dan masih banyak alasan lainnya. Tapi menurut saya dari semua alasan ini bukanlah alasan utama bagi seorang yang akan berwirausaha. Menurut saya faktor utama penghambat wirausaha di negeri ini adalah pola pikir bangsa ini yang BELUM MAU KEMBALI MENGGUNAKAN KETANGGUHAN “IEQ” SEPENUH HATI dan belum mau pula mengetahui pentingnya berwirausaha.


Faktanya sebagian besar dari semua hal penghambat di atas tercipta dari imajinasi dan ketakutan diri para calon pengusaha sendiri sebelum mereka sendiri memulai usaha mereka. Kalah sebelum berperang ini mungkinlah kata yang tepat untuk  mengambarkannya. Hal ini disebabkan karena semenjak kecil hingga dewasa sebagian besar dari kita selalu di tanamkan agar kelak mendapatkan pekerjaan yang layak, sekolah agar mendapat pekerjaan layak, mengambil pendidikan yang lebih tinggi agar mendapat pekerjaan yang lebih layak. Semuanya bebicara tentang pekerjaan yang layak. 

Tapi setelah kini mendapatkan pekerjaan yang semakin sulit masihkah terpikir untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pendidikan Nasional bahwa tahun ini (2010) perguruan tinggi di Indonesia menciptakan 900.000 sarjana memganngur dan tiap tahunnya rata-rata 20 persen lulusan perguruan tinggi menjadi penganggur. Tingginya tingkat pengangguran berdasarkan data di atas dikarenakan para sarjana tersebut lebih memilih menunggu panggilan dari lamaran pekerjaan yang mereka ajukan dibandingkan berwirausaha. Hal yang sangat mengherankan bukan? Mereka lebih memilih diam menunggu nasibnya berubah di bandingkan merubah nasibnnya sendiri padahal mereka adalah para sarjana. Berdasarkan data dari BPS hampir semua lulusan negeri ini ini di arahkan untuk menjadi pegawai. Sampai saat ini, sebanyak 82,2 persen lulusan perguruan tinggi bekerja sebagai pegawai. Semua hal ini di sebabkan karena pola pikir bangsa ini hanya tentang mencari pekerjaan. Pola pikir tentang mencari pekerjaan ini harus kita hapuskan menjadi menyediakan pekerjaan dengan cara berwirausaha. Khususnya kepada para sarjana atau para pemuda karena mereka adalha generasi penerus dan harapan bangsa.

Dalam praktek memperbaiki pola pikir ini kitalah yang harus melakukannya bukan hanya pemerintah. Walaupun pemerintah telah berusaha untuk melakukan pendidikan dan pelatihan dalam bidang kewirausahaan tapi itu tidak cukup. Karena masalah utama dalam hal ini adalah pola pikir bangsa ini tentang wirausaha yang menganggap sulit atau harapan terlalu tinggi dan sebagainya. Karena ini adalah masalah pola pikir bangsa ini perlu segera kembali menggunakan ketangguhan ”IEQ” sehingga yang dapat menyelesaikan masalah ini adalah kita bangsa Indonesia sendiri. Cara yang termudah adalah membuang paradigma lama dan menanamkan kepada diri kita masing-masing tentang pentingnya berwirausaha. Jika kita  seorang siswa kita dapat memulai berwirausaha, jika kita seorang guru kita dapat mengajarkan kepada murid kita bagaimana pentingnya berwirusaha dibanding mencari pekerjaan, dan bila kita seorang orang tua kita dapat mendidiknya berwirausaha. Yang terpenting adalah kita memahami betul tentang pentingnya berwirausaha lalu kita menyebarkannya ke pada masyarakat luas. Sehingga wirausaha bukanlah sesuatu yang asing melainkan hal yang perlu dilakukan. Semua hal itu bisa dilakukan bila kita semua kembali menggunakan ketangguhan  ”IEQ” sehingga pola pikir masyarakat dapat lebih baik. Jika pola pikir masyarakat tentang wirausaha lebih baik maka perkembangan wirausaha pasti akan meningkat pesat dibandingkan saat ini. Sehingga wirausaha dapat dijadikan tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Sehingga Indonesia dapat menjadi lebih baik.

Jadi solusi dari kemiskinan yang menyebabkan banyak tindakan kriminal di negeri ini adalah dengan  berwirusaha sehingga membuka lapangan pekerjaan yang luas. Dengan demikian, masyarakat dibimbing memikirkan bahwa wirausaha adalah cara untuk memajukan negeri ini dan meningkatkan kesejahteraan dimana semua hal itu mudah dan dapat dilakukan oleh semua elemen bangsa ini... Ada kata-kata bijak untuk Sahabat...


"Just be yourself. Put your future at the right hands, that's on your own hands. Who else can do it better than yourself? Come on, make your future from now on, from the most little things, and from your own self."

No comments:

Post a Comment