“Tolong berikan kepada saya racun yang paling ampuh,” ujarnya kepada si penjual obat.
“Mengapa kamu menginginkan racun seperti itu?” tanya si penjual obat.
“Saya sudah tidak tahan lagi atas segala perlakuan buruk ibu mertua kepada saya. Saya ingin
membuatnya mati sekarang juga,” kata sang gadis dengan muka yang cemberut.
“Baiklah kalau begitu. Saya akan memberimu racun yang ampuh seperti yang engkau kehendaki, akan tetapi agar misi kamu berjalan dengan baik kamu harus mengikuti saran saya,” ujar si penjual obat.
“Saran apalagi yang bisa kamu berikan?” tanya sang gadis dengan penasaran.
“Kamu harus memberikan racun ini ke dalam makanan dan minuman kesukaannya selama 30 hari. Racun ini bekerja lamban namun pasti. Ini demi keselamatan kita bersama agar tidak diketahui polisi atau ditangkap polisi. Agar tidak dicurigai orang bahwa kamu sebagai pelakunya, suguhkanlah kepadanya dengan sepenuh hati kamu, bersikaplah sebagai mantu yang amat baik. Kamu harus melayaninya dengan baik, sehingga ia tidak curiga bahwa ia sedang memakan racun yang amat mematikan ini. Perlakukan ia, seolah-olah ia adalah ibu kandung kamu sendiri.”
Sang gadis merasa saran si penjual obat itu cukup masuk akal utuk dilaksanakan. Pulanglah ia ke rumah dengan riang gembira. Sebentar lagi, kehidupan rumah tangganya akan lebih tenang dengan kematian ibu mertuanya. Ia pun sibuk bertanya-tanya kepada suami dan saudara-saudaranya bahkan tetangganya mengenai makanan dan minuman kesukaan sang ibu mertua. Dalam hati sang gadis, toh hanya 30 hari lagi tidak apa-apa. Mereka pada awalnya bingung campur heran dengan sikapnya yang mendadak berubah baik. Namun dengan alasan bahwa ia ingin menjadi mantu yang baik, akhirnya mereka semua mau membantu sang gadis dengan memberikan saran-saran untuk mengambil hati sang ibu mertua.
Sang gadis, mulai belajar untuk lebih banyak tersenyum, mendengarkan dari hati, berperilaku dengan lebih baik dan sopan, sampai cara memandang dengan penuh perhatian dan kasih. Dengan mati-matian sang gadis berusaha untuk mengkoreksi segala perkataan dan perbuatannya dihadapan sang ibu mertua yang ia anggap bisa membuat sang ibu mertua tersinggung. Sering pula sang gadis mendampingi kemana pun sang ibu mertua pergi.
Hari telah berganti hari, sang gadis mulai merasakan perubahan perasaannya sendiri kepada sang ibu mertua. Tanpa diketahui dari mana asalnya, sang gadis merasa mulai menyayangi sang ibu mertua yang berakibat sang ibu mertua pun mulai belajar untuk menyayangi sang mantu. Suaminya pun merasa lega, karena pertengkaran antara istri dan ibunda nya sudah berakhir. Kedamaian pun mulai bersemi karena sudah tidak ada lagi pertengkaran yang terjadi dalam waktu belakangan. Melayani seseorang dengan sepenuh hati membuatnya mampu melihat sisi-sisi yang baik yang tidak pernah ia sadari sebelumnya. Hal yang sama, rupanya juga terjadi pada diri sang ibu mertua. Ia sudah menerima sang mantu dengan sepenuh hati dan tidak pernah lagi mempersalahkan kekurangan-kekurangan mantunya tersebut.
Menyadari keadaan ini, tiba- tiba sang gadis ingat bahwa ini mendekati hari terakhir sang ibu mertua, buru-buru ia menghampiri si penjual obat.
“Saya mohon, segera berikan penawar racun itu pada saya, sekarang juga. Saya tidak ingin ibu mertua saya meninggal,” pintanya dengan mata yang sendu.
“Lha, dulu kamu sangat menginginkan kematiannya. Apa yang terjadi?” tanya si penjual pura-pura panik.
“Setelah saya jalankan saran kamu, ibu mertua saya berubah menjadi sangat baik. Ia tidak lagi mengungkit-ungkit kesalahan saya bahkan menerima kekurangan saya, saya pun mulai banyak melihat banyak sisi-sisi baik yang ada dalam dirinya. Yang lebih penting lagi, ia telah menyayangi saya seperti anaknya sendiri, seperti saya menyayanginya layaknya ibu saya sendiri,” tegas sang gadis.
“Oh begitu ceritanya. Kamu jangan khawatir, sebenarnya yang saya berikan kemarin bukan racun melainkan penyedap masakan dan obat untuk meningkatkan kesehatan orang tua. Racun yang sebenarnya ada dalam pikiran kamu, cara kamu berpikir, berkata, berperasaan dan berperilaku. Sekarang kamu telah lulus belajar bahwa mengubah perilaku kamu akan mengubah sikap kamu yang otomatis mengubah cara berpikir. Dan itulah yang telah kamu rasakan manfaatnya sekarang, racun kamu, sudah kamu tawarkan dengan sendirinya, selamat berbahagia...,” kata si penjual obat dengan tersenyum lebar.
***
Dari kisah diatas, dapat saya simpulkan bahwa perubahan yang diharapkan oleh sang gadis adalah adanya sikap baik sang ibu mertua. Ketidakcocokan dan pertengkaran diantara mereka telah mencapai puncaknya yang membuat sang gadis sudah tidak tahan lagi dan ingin mengakhiri nyawa sang ibu mertua. Akan tetapi, si penjual obat yang kebetulan dimintai tolong untuk memberikan racun yang mematikan, ternyata mampu melihat akar permasalahan yang sesungguhnya dari pertikaian sang gadis dengan sang ibu mertua. Berawal dari informasi yang akurat, si penjual memberikan intervensi jitu meski secara tidak langsung kepada “klien” nya. Akhirnya, si penjual memberikan Empati sekaligus intervensi yang membukakan jalankeluar yang tidak terpikirkan sebelumnya oleh sang gadis dan sang ibu mertua, yang sedang sibuk konflik tersebut.
Oh ya, ada pesan yang menarik hati untuk Sahabat;
“Jangan pernah membuat keputusan ketika amarah menguasai Sahabat. Jangan pernah juga mengucapkan janji ketika bahagia menyelimuti Sahabat”
Berpikir, bertindak dan merasa mencintai, maka perasaan cinta akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Saya teringat nasihat dari nenek saya, bunyinya;
"Mereka yang mengalah bukanlah berarti orang yang lemah, karena sesungguhnya mengalah memerlukan kekuatan yang lebih."
Siapa yang dapat mengganti peran dan kasih sayangnya? Tidak ada, ini sesuatu yang tak tergantikan. Dengan hati yang penuh kasih dan perhatian yang tulus kepada Ibu ataupun Ibu mertua, ini akan menjadi catatan tersendiri dalam Buku Kehidupan Tuhan.
Mereka menantikan perhatian dan kepedulian Sahabat. Hati akan semakin tersayat, ketika ia berpulang, Sahabat belum mampu berdamai dan Cuma dapat menyaksikan jasadnya. Silahkan Sahabat gunakan IEQ dan selamat menikmati kebersamaan dengan Ibu tercinta, sebelum semua jadi terlambat.
No comments:
Post a Comment