“Lalu, apa kelemahan kita?"
Kelemahan kita ialah, kita Kurang Jujur dan kurang percaya diri kita sebagai bangsa yang Merdeka dan berdaulat, sehingga kita lebih suka menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong”
“Ibaratnya laki-laki dan perempuan sebagai sepasang sayap seekor burung. Jika dua sayap tersebut sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; namun jika patah salah satu daripada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali”
- Soekarno.
Tentu hal ini ada benarnya, dan bukan Cuma sekedar upaya untuk menyakinkan bangsa secara dangkal, kemudian menutup mata atas kenyataan yang kita alami belakangan ini.
Mari kita coba untuk evaluasi bangsa kita dari perspektif IEQ, yang konon begitu ampuh dan terkenal, ada 4 komponen utamanya, yaitu:
• Ketahui tentang diri
• Pilihan untuk diri
• Ekologis
• Pemberian dari diri
Pertama tama, mari kita lihat konteks ketahui tentang diri. Bagian ini bicara tentang Kesadaran diri dan Penerimaan diri kita. Bagaimanakah bangsa kita belakangan ini? Kenyataannya kita seringkali Minder, Malu, dan terus merasa sebagai bangsa kelas dua. Terlihat dibeberapa perusahaan yang terdiri dari para expat dan pekerja dari luar negeri, kita menyaksikan bagaimana Tenaga Kerja Indonesia diperlakukan dan sikapnya cenderung minder. Padahal, mereka memiliki potensi dan kemampuan yang luarbiasa. Mereka tidak semestinya diposisikan seperti Budak Domestik maupun Manca Negara akan tetapi sebagai PARTNER KERJA. Namun kenyataannya, mereka terus menerus diposisikan begitu rendah baik di dalam maupun di luar negeri, akibatnya mereka sering mendapat perlakuan yang rendah dan tidak sebagaimana mestinya.
Pada bagian pertama, Ketahui tentang diri, bukan cuma berarti hanya untuk diri sendiri akan tetapi juga kemampuan kita untuk mengetahui diri orang lain, yakni Kepekaan kita. Dengan adanya Kepekaan diri selanjutnya timbul kepedulian diri, ini bisa kita liat dalan keseharian kita, dijalanan sering kali kita lihat bagaimana pengendara kendaraan bermotor berulah, menerapkan prinsip asal cepat sampai tujuan, tidak peduli dengan orang lain.
Di bagian Kedua IEQ, yaitu Pilihan untuk diri, ya kita bicara tentang pilihan pilihan atau sikap yang dilakukan saat kita menghadapi suatu masalah atau perisiwa. IEQ selalu bicara soal bagaimana kita seharusnya dengan sigap merespon sambil memikirkan dahulu pilihan apa saja yang bisa kita lakukan.
Selanjutnya, dari pilihan yang tersedia, kita memikirkan akibat yang muncul yang kita sebut konsekwensi, artinya perbuatan kita sudah dipikirkan dengan masak. Contoh, dalam hal menggunakan Narkoba, tanyakan apa akibatnya pada diri, keluarga, masyarakat, apa keuntungannnya dan masih banyak sederetan pertanyaan lain karena kita sudah tahu keburukannnya, namun mungkin kita belum sadar saja. Hal ini diperparah oleh pihak-pihak yang ingin instan, misalkan untuk dunia pendidikan, terlihat banyak pihak yang lebih suka membagikan susu sehat disekolah, daripada menghidupkan IEQ, hanya karena popularitas pembagian susu lebih heboh, lebih terasa walau Cuma dalam waktu singkat dan lebih gampang, kan cuma membagikan susu, dipotret pula oleh media massa dan pers, sungguh memilukan sekaligus memalukan.
Pada bagian Ketiga IEQ, yaitu Ekologis adalah saatnya kita memikirkan resiko dan dampak yang akan muncul dari perbuatan kita dalam jangka pendek, menengah dan panjang, ada hal-hal yang mungkin perlu segera kita kelola lebih lanjut, hal-hal yang seharusnya kita hindari atau kurangi dan seterusnya agar tercapai keseimbangan.
Dibagian terakhir dari komponen IEQ adalah Pemberian dari Diri. Disinilah Diri Sejati muncul artinya ada Trust dan Comitment Diri untuk memberikan kemampuan, potensi atau diri kita untuk sesuatu yang lebih panjang dari “USIA” diri kita sendiri, pemberian dari diri pun dapat diartikan pelayanan kita, ataupun bakti yang kita berikan secara Tulus. Sayangnya, masih belum banyak Keteladan seperti ini, yang bisa kita saksikan pada masa kini. Manusianya pun bukan manusia Masa Lalu, bukan manusia Masa Depan, bukan pula manusia Masa Kini akan tetapi sebagai manusia Masa Bodoh. Masalah lain, justru orang-orang yang melakukan pelayanan yang luarbiasa, yang mendarmabaktikan dirinya tanpa pamrih, yang seharusnya lebih lama menghuni dan menghiasi negeri ini, malah terasa begitu cepat dipanggil kembali oleh Tuhan.
Pada akhirnya muncul seloroh,” Yang JUJUR, yang Digusur” atau “Makanya jadi orang jangan terlalu baik karena akan cepat dipanggil Tuhan” seloroh konyol ini malah tumbuh subur dan melekat di masyarakat, sehingga muncul anggapan kalau kita berbuat baikpun toh orang lain tidak akan bersikap baik kepada kita, hal ini juga terlihat dalam dunia bisnis, yang seakan akan kalau tidak bohong, maka tidak akan suksesapalagi kaya. Metode aji mumpung pun dipakai secarah berjamaah.. :(
Sudah saatnya bagi Sahabat semua untuk semakin mau membuka pintu Hati dengan IEQ sebagai Master kunci nya, ini menjadi salah satu tugas Sahabat untuk memberikan sesuatu yang berharga bagi anak cucu, serta generasi berikutnya. Ada pepatah,”Bahwa bumi ini bukan warisan kita kepada anak cucu kita akan tetapi merupakan TITIPAN dari anak cucu kita yang harus kita pertanggungjawabkan dengan Bijaksana”
Nah bisa kita lihat bersama, betapa relevannya IEQ untuk kondisi bangsa kita saat ini, ayo mulai sekarang dan seterusnya Sahabat imbangi Kecerdasan Intelektual Sahabat dengan Kecerdasan Emosi Sahabat. Mari Sahabat sebarkan IEQ, Cerdas Emosiku, cerdas pula Bangsaku...
Sahabat semua adalah Generasi INTAN (bukan INSTAN), silahkan mengasah IEQ milik Sahabat secara Gratis dan mudah serta TANPA EFEK SAMPING... Baik ya...
No comments:
Post a Comment