mendadak berbelok sehingga menyerobot ke jalur mobil teman saya. Dengan sigap, teman saya menginjak rem mobilnya agar tidak terjadi tabrakan. Yang mengejutkan saya dan teman saya adalah ternyata pengemudi yang memotong secara mendadak jalur mobil teman saya yang marah-marah sambil mengeluarkan kata-kata kotor.
Saya sangat heran menyaksikan sikap teman saya yang ketika menghadapi orang lain yang bersikap buruk padanya. Teman saya hanya tersenyum dan melambaikan tangan ke orang tersebut sambil melajukan mobilnya kembali. Saya pun jadi bertanya, “Mengapa kamu melakukan hal itu ? Orang itu hampir merusak mobil kamu dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit...bahkan rumah duka !”
Teman saya menjawab,”Menjawab ocehan seperti itu hanya menurunkan derajat kita Sob, lagi pula kita bukan sampah seperti dia.”
***
Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin sesak, maka semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya namun seringkali mereka membuangnya secara sembarangan kepada orang lain. Jangan ambil hati, tersenyum saja lah, lambaikan tangan, Berkati lah mereka (hitung-hitung kurangi dosa Sob, kapanlagi.com) lalu lanjutkan hidup Sob.
Saya jadi ingat pesan yang bijak, “Tidak ada seorang pun yang bisa membuat Sahabat merasa marah tanpa persetujuan Sahabat”
dan
"Kesusahan tidak selalu berarti Kemarahan Tuhan, adakalanya Kesusahan tersebut adalah KEMURAHAN Tuhan untuk Sahabat"
dan
"Kesusahan tidak selalu berarti Kemarahan Tuhan, adakalanya Kesusahan tersebut adalah KEMURAHAN Tuhan untuk Sahabat"
Pahami dan jangan ambil sampah mereka, apalagi hanya untuk Sahabat buang kembali kepada orang lain yang Sahabat temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan. Jujur saja, mereka sebagai pemiliknya saja sudah membuang, mengapa Sahabat harus mengadopsinya.. ;) Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan “keranjang sampah” mengambil alih hari-hari bahagia Sahabat dengan cara merusak suasana hati dan melarang keranjang sampah membuang sampah di hati Sahabat.
“Sahabat, hidup ini singkat, lepaskan mereka yang menyakitimu, sayangi mereka yang peduli padamu, dan berjuanglah untuk mereka yang berarti bagimu."
Hidup ini terlalu singkat, jika hanya untuk dibangun dengan penyesalan (sesal kemudian = sia-sia), maka kasihilah orang yang memperlakukan Sahabat dengan bijak, dan berdoalah bagi yang berperilaku buruk, karena dosa Sahabat telah dikurangi oleh Tuhan secara otomatis (seperti on line banking aja).
Hidup itu 10% mengenai apa yg Sahabat buat dengan sesama dan 90% tentang bagaimana Sahabat menghadapinya. Kecerdasan Intelektual membuat seseorang dipromosikan namun KECERDASAN EMOSI lah yang membuat seseorang diterima bahkan bertahan di tengah guncangan keras.
Hidup bukan hanya mengenai menunggu badai berlalu, akan tetapi tentang bagaimana Sahabat belajar menari dalam derasnya guyuran hujan.
Sahabat harus menerima apa pun yang datang, apalagi sesuatu yang tidak bisa dihindari dan satu-satunya yang penting adalah bahwa Sahabat mau menghadapinya dengan keberanian dan mampu memberikan hasil yang terbaik untuk dikenang.
Ketika hidup ini terlalu mudah bagi Sahabat, selayaknya Sahabat berhati-hati. Sahabat mungkin tidak siap untuk menerima datangnya pukulan tiba-tiba yang cepat atau lambat dari arah yang Sahabat tidak sangka-sangka. Wapadalah...waspadalah..waspadalah.. ;) (jadi seperti bang Napi)
Sahabatku, selamat menikmati hidup yang diberkati Tuhan dan bebas dari “sampah”
No comments:
Post a Comment