If you get serious, you get stupid. Laughter is the close distance between two person.

Thursday, July 19, 2012

Pengabdian Yang Sia-Sia ?

Kisah ini dimulai ketika saya dewasa, saya akhirnya memutuskan untuk menikah denga gadis pilihan hati saya, semua dilaksanakan dengan sederhana namun penuh Niat dan Tekad yang kuat (bukan Nekad ya..) Maklum kami baru menaiki bahtera rumah tangga yang akan melalui samudera  yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada
lukisan sawah yang adem ayem tentrem, Kadyo siniram wayu sewindu lawase.

 Di masa awal kehidupan rumah tangga kami, sama seperti kehidupan rumah tangga lainnya, berusaha menjaga keutuhan keluarga, mencari nafkah untuk keluarga sedangkan istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Semua ini walaupun tidak ada Job Description, masing-masing  dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara bahtera rumah tangga tersebut.

Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan istriku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin saya terlalu sibuk mencari nafkah untuk keluarga atau sibuk di luar rumah dengan kawan, sedangkan istri mungkin berpikiran lain seperti lantai rumah yang kurang bersih, masakannya yang kurang enak  lalu  dengan giat ia membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.

Namun rasanya, kami berdua tetap saja belum merasa bahagia...Hingga suatu hari, ketika istri sedang sibuk membersihkan lantai,  saya berkata : nduk (panggilan akbrab saya ke istri), temani aku sejenak menonton, ada film lucu ! Dengan mimik kurang senang, istri  saya berkata : apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di pel ?

Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun kembali termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam kehidupan rumah tangga  ayah dan ibu saya, karena ibu saya  juga kerap berkata begitu sama ayah saya. Saya sedang mempertunjukkan kembali kehidupan rumah tangga  ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam kehidupan perkawinan mereka.

Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya. Yang kamu inginkan apa ? Saya hentikan sejenak kegiatan saya, lalu memandang istri, dan teringat akan rumah tangga orangtua saya yang berantakan…mereka  selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam kehidupan rumah tangganya, waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemani ayah saya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan kehidupan rumah tangganya, ibu saya ingin memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun  jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ibu berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.

Dan aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai istriku. Suatu cara saya juga sama seperti suami lain pada umumnya dan seperti Ayah saya pada khususnya, yaitu giat mencari nafkah. Kehidupan rumah tangga kami sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik dan punya niat baik pula, mengapa tidak diiringi dengan kehidupan rumah tangga yang bahagia dan sejahtera.

Kesadaran saya menuntun saya membuat keputusan atas pilihan yang ada. Saya hentikan sejenak kegiatan saya, lalu duduk di sisi istri, mengajaknya mendengar musik saja, dan dari kejauhan saat itu saya dapat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu saya.

Saya bertanya pada istriku : apa yang kau butuhkan ? Aku membutuhkanmu untuk menemaniku bersantai di rumah, kalau rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kamu bisa lebih menemaniku! ujar saya. Bukankah tugas istri menemani suaminya? Waktu berjalan terus, tidak dapat berhenti dan tidak dapat kembali pula, kapan lagi mau menikmati kebersamaan yang indah?

Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakaianmu….dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya. Yang paling kuharapkan adalah kamu sebagai istri bisa lebih sering menemaniku. Tanpa komunikasi yang baik dan benar, ternyata sia-sia semua pekerjaan yang dilakukan, hasilnya benar-benar membuat saya dan istri terkejut.

Kami masing-masing menikmati kesibukan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun bukan lewat saling pengertian.

Saya jadi teringat dengan pondasi dan rumah, setiap rumah pasti nya harus berdiri diatas pondasi yang kuat yang saya sebut Kasih Sayang. Selanjutnya berdinding Keteladan, berlantai Kebersamaan dan semua ini terhubung sekaligus terjalin dengan komunikasi yang konstruktif serta beratap finansial yang memadai (kalau atapnya bolong-bolong, kasihan dan kena bocor disana-sini)

Semoga Sahabat mau meluangkan waktu untuk pasangan Sahabat,  sekedar berbagi perhatian, kepedulian  dari hal yang terkecil dalam hidup, dari diri pribadi Sahabat dan dari sekarang.  Selamat beraktifitas. To Live,….. To Learn, …..To Love,…… To Leave a Wise Legacy, Tuhan memberkati.

No comments:

Post a Comment