Seorang teman saya suatu ketika mengisi sebuah status di facebook yang berisikan,
“Lanjutkan..!!!”.
Dengan santai namun tegas dan optimistis saya memberi komentar,
“Siap lanjutkan..!!!”
Pernyataan diatas mungkin hanya
gurauan saja tetapi bernada setengah rius atau serius bahkan duarius. Tidak ada yang tau pasti maksud pernyataan tersebut, termasuk saya. Berbagai pandangan komentar pun muncul. Seseorang ada yang memberi komentar lelucon “Lanjutkan ngopinya hahaha..”. Adapun yang lainnya dengan komentarnya yang simpel “saya juga lanjutkan”. Tetapi yang bisa saya lakukan setelah mendengarnya adalah intropeksi diri apa yang mestinya saya lakukan jika saya sebagai kaum muda yang nota bene adalah calon pemimpin masa depan bangsa ini, bangsa Indonesia.
gurauan saja tetapi bernada setengah rius atau serius bahkan duarius. Tidak ada yang tau pasti maksud pernyataan tersebut, termasuk saya. Berbagai pandangan komentar pun muncul. Seseorang ada yang memberi komentar lelucon “Lanjutkan ngopinya hahaha..”. Adapun yang lainnya dengan komentarnya yang simpel “saya juga lanjutkan”. Tetapi yang bisa saya lakukan setelah mendengarnya adalah intropeksi diri apa yang mestinya saya lakukan jika saya sebagai kaum muda yang nota bene adalah calon pemimpin masa depan bangsa ini, bangsa Indonesia.
Sekali waktu dalam upacara setiap hari senen atau upacara resmi seperti peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, kami diminta agar sejenak mengheningkan cipta. “Untuk arwah para pahlawan yang telah gugur mendahului kita, marilah kita mengheningkan cipta”. Selanjutnya inspektur upacara memberi aba-aba “hening cipta mulai”. Sejenak semua merunduk, suasanapun hening dan kita hanyut dalam alunan irama paduan suara dan terompet sangkakala yang menyentuh ke dalam lubuk hati. Dalam keheningan itu apakah kita terpikirkan sosok sang pahlawan yang memperjuangkan jiwa raganya untuk kemerdekaan Indonesia ini ?. maybe no maybe yes. Apakah sosok pahlawan itu tergambar seorang pemuda dengan ikat kepala merah putih atau memakai peci hitam bersenjatakan bamboo runcing ?. “whatever” lah, yang penting mereka telah berjuang dengan gagah dan gigih mempertaruhkan jiwa raganya untuk meraih kemerdekaan bangsa Indonesia ini.
Walaupun mereka terasa jauh dan samar, dalam kesadaran, kita wajib menghormati mereka sebagai kusuma bangsa. Para pahlawan bangsa dulu bertekad merdeka atau mati. Segala upaya ditempuh untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan ini. Baik itu perjuangan bersenjata atau diplomasi. Pada saat itu kita dihadapkan pada pilihan, ikut berjuang membela tanah air yang resikonya mati sebagai pahlawan bangsa atau ikut penjajah asing yang resikonya dicap sebagai penghianat bangsa.
Akan tetapi pada kenyataannya, sekarang kita baru Merdeka secara Fisik, dan belum Merdeka secara Spiritual, belum Merdeka dari Kebodohan, belum Merdeka dari Kemiskinan, belum Merdeka dari Ketidakadilan, masih banyak yang TERPENJARA SECARA MENTAL dan sekarang telah dijajah oleh bangsanya sendiri, kita dihadapkan pilihan yang serba kompleks dan rumit.
Memasuki era komplikasi yang seperti saat ini, memang banyak permasalahan yang terjadi dimana-mana. Tidak mudah tapi sangat Mungkin mengatur Indonesia menjadi lebih baik dan bermartabat walau Indonesia memiliki wilayah begitu luas dengan jumlah penduduk yang besar apalagi masih disertai keruwetan dan kerumitan yang kita alami dewasa ini. Masyarakat tidak boleh kehilangan semangat dan stamina serta daya juang.Nasionalisme harus tetap dijunjung tinggi agar tidak mengkhianati bangsa dan negara Indonesia. Namun jangan lupa persaingan antar sesama anak bangsa pun masih berlangsung dan ini ditumbuhkan oleh Asing untuk menghilangkan rasa kepedulian, perhatian Sahabat terhadap sesama disekitar Sahabat. Dan benar bahwa rasa kepedulian, perhatian, dukungan, kebersamaan kita sementara sedang lenyap dan tidak diketahui rimbanya....
Semangat dan daya juang nasionaliosme bangsa Indonesia yang kini masih dimiliki oleh masyarakat Indonesia telah menjadi perhatian Dunia. Kita semua tidak bisa menutup mata bahwa selama ini “tetangga” kita sering berbuat ulah. Mulai dari masalah NARKOBA, kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan perlakuan terhadap para TKI, teror bom oleh teroris dari luar, klaim wilayah perbatasan, dan sekarang yang sedang “hot-hot”nya mengklaim kesenian tari dan lagu dari Indonesia.
Semua itu membuat teman-teman saya berkomentar mulai dari bahasa tulisnya yang halus ”kok ga punya malu sih tetangga yang satu ini” sampai yang komentarnya ketus ”iku asli Indonesia blok…goblok”. Banyak komentar bermunculan dalam hal ini dan itu semua kebanyakan diakhiri dengan ”Ayo Ganyang…!”. Membaca komentar semua itu membuat jiwa nasionalis yang ada dalam diri saya ikut tersentak, saya memberi komentar sedikit menghibur ”wah kita semuanya nasionalis ya… Hidup NKRI..!! Ayo ganyang..!!kapan..??”. Semua sentimen itu muncul, menurut saya hanya luapan emosional sesaat saja karena kita sebagai generasi muda yang memiliki ego yang masih labil dan pemikiran untuk tidak membiarkan kedaulatan bangsa yang diraih dengan darah dan nyawa ini diinjak-injak begitu saja.
Demikian pula dengan pemuda yang berada di sebelah kamar kos saya. Seorang pemuda berperawakan tegap yang menyimpan semangat nasionalisme. Selama 3 tahun saya mengenalnya dan tidak lama saya dibuatnya terperana. Adalah ketika secara tidak sengaja melihatnya membuka almari pakaiannya dan mengambil lengan kemeja lengan panjang warna putihnya. Suatu tingkah laku yang tidak biasa dia peragakan. Sambil meneteskan air mata, dia mencium lengan kemeja. Saya pun dibuat bertanya-tanya penuh teka-teki, “ada masalah apa ini orang, apa teringat-ingat dengan kenangan pacarnya atau apa ???” dalam batin saya. Untuk menghilangkan rasa penasaran, saya menanyakan masalah apa dibalik tetesan air mata itu.
Tanpa berpikir panjang, dia bercerita dengan mata yang masih terlihat berkaca-kaca kenangan masa lalunya ketika menjadi seorang anggota paskibraka propinsi. Ia bercerita panjang lebar tentang pengalamannya dulu mulai dari latihannya, acara pengukuhan, acara pada hari “H” sampai uang saku yang diperoleh. Pada saat berbicara, saya tahu dia adalah seorang yang sangat mencintai Indonesia atau bisa dikatakan nasionalis yang mungkin bisa melebihi saya. Tidak itu saja, HP nya pun ikut-ikutan menjadi nasionalis. Wallpapernya yang merah putih layaknya bendera kebangsaan Indonesia dan lambang garuda menghiasi tampilan di layar HP nya.
Melihatnya membuat saya mengerti betapa dahsyat kekuatan pengabdian kepada bumi pertiwi. Seorang kawan dari daerah yang unik dan jarang sekali aku menemukannya di kota besar. Namun setidaknya kita juga perlu ingat sosok seorang nasionalis sejati yang sekarang bekerja sepenuh hatinya untuk Indonesia yang bisa memberikan inspirasi dan hidupnya pun penuh gotong-royong serta harmoni. Mereka mampu membendung pengaruh buruk dari luar, membuang yang kontraproduktif hanya karena mereka masih memegang teguh nilai-nilai budaya yang luhur.
Usia bangsa Indonesia sekarang sudah delapan windu lebih. Suasana pesta kemerdekaan masih kita rasakan sekarang. Namun ditengah eforia kemerdekaan selama ini, segera saja kekhawatiran muncul, sejak awal tanah air ini berada hingga berdirinya Indonesia, bangsa ini dikenal dengan “gemah ripah loh jinawi”nya dan penduduknya yang santun-santun, ramah-tamah, gotong-royong dan harmoni akankah akan membawa harapan baru? Ya, selalu ada. Namun gagasan apakah yang harus segera kita lakukan untuk mewujudkan harapan baru itu? Agaknya pertanyaan ini harus dijawab oleh seluruh rakyat Indonesia termasuk saya sebagai generasi muda.
Oke! Mulai sekarang kita hendaknya berfikir dan bertindak untuk Indonesia. Tanamkan dalam-dalam apa yang dikatakan Mbah Surip “Indonesia, I Love you full..!!” dan pastikan prinsip itu melekat terus dalam diri kita. Setelah itu, kita bisa mulai membangun kekuatan bangsa Indonesia dari hal yang sederhana yaitu peduli, perhatian, bersikap baik antara lain senyum, hormat, sopan-santun dan tolong-menolong. Alangkah baiknya dilakukan sekarang kepada orang orang disekitar kita dan jadikan sebagai kebiasaan ini dalam keseharian kita. Kita sering menganggap remeh sikap baik itu padahal itu semua mempunyai banyak pengaruh positif bagi kita dan bekal utama kita membina dan merawat nasionalisme Indonesia ini. Selanjutnya agar lebih strong lagi, kita jalin dan jaga terus rasa persaudaraan kita kepada semua orang tanpa ada batasan, baik itu perbedaan SARA, tua – muda, kaya – miskin, pejabat – orang biasa ,dan tetek bengek lainnya.
Hal terakhir yang bisa Sahabat lakukan adalah Sahabat harus kembali gunakan ”IEQ” untuk mampu memberi Perhatian kepada sekitarnya, mengasah Kepedulian kepada sesama yang membutuhkan, saling bekerja sama, bahu- membahu ,dan berusaha melemparkan semua kekuatan positif kita untuk Indonesia tercinta ini. Semua itu harus kita lakukan secara konsisten, kontinue dan otomatis, Oke!
Walaupun sederhana, semua itu membuat hati kita nyaman dan gembira sepanjang hari bahkan membuat Indonesia tersenyum . Kita tidak perlu menetapkan suatu rencana besar atau program-program yang mantab tetapi dengan pengabdian diri sepenuhnya untuk bangsa Indonesia tercinta sudah merupakan suatu hal yang luar biasa yang anda lakukan dalam hidup. Seperti kata Presiden John F Kennedy,“ask not what your country can do for you, but ask what you can do for your country”.
Semoga Sahabat mendapatkan suatu manfaat dari ketangguhan “IEQ” yang penuh perhatian dan kepedulian untuk sesama, dan saya berharap tulisan ini dapat menggugah kesadaran Sahabat untuk tetap menjunjung nasionalisme dengan tetap menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. (nasionalisme = mode on, by the way move on nya jangan jauh-jauh, ntar malah hilang) Learn more become Indonesia…why not..?...From Chaos to Calm..ok.. I am an Ordinary people become Extraordinary Behaviour by IEQ...8)..living harmony together
No comments:
Post a Comment